Ar Razi Sebagai Tokoh Kedokteran Islam
20 Oktober 2012
Salah satu khazanah yang pernah juga
terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran dan
obat-obatan. Kejayaan Islam masa lampau banyak mewariskan khazanah
keilmuan yang luar biasa. Karya yang lahir dari tangan para ulama-ulama
Islam itu tak hanya sebatas kitab-kitab klasik yang masih ada hingga
kini. Ragam warisan itu juga terukir dalam wujud seni arsitektur
bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya, dan berbagai khazanah
lainnya.
Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah.
Sebagai pemuncak peradaban terbaik di
dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia.
Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan
hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap
sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita
rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi,
budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah
satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah
peradaban umat manusia.
Berbeda dengan ilmuwan lain, para
ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan
utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus
mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban
dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja
sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai
pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka
lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari
bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab.
Hal ini berlangsung pada abad ke-7
hingga ke-8 Masehi. Masyarakat Islam menguasai kepakaran bidang
pengobatan dan juga mendalami teknik perubatan Kaldan, Parsi, India
malah Arab Jahiliah. Kajian-kajian lanjut mengenai pengobatan dikenali
sebagai pengobatan Islam. Muhammad Ar Razi adalah salah satu putera
mahkota intelektualisme Islam. Selain Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal
sebagai perintis awal ilmu kedokteran, Muhammad bin Zakaria Ar Razi
(lebih dikenal dengan nama Ar Razi) juga menduduki derajat sebagai
perintis kedokteran modern. Abu Bakr al-Razi mendapat gelaran Gale
(pakar bedah Yunan). Dilahirkan di bandar al-Rayy, utara Teheran, Iran,
pada 864 M, Ar Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria
Ar Razi itu sejak kecil telah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu
pengetahuan. Mula pelajari pengobatan setelah berusia 30 tahun. Abu
Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
Namun demikian, ia yang dididik dan dibesarkan dalam lingkungan agama
yang ketat, sebenarnya baru tertarik dan menekuni secara serius
masalah-masalah kedokteran justru di usia tua. Hanya saja, meski
keseriusannya terhadap disiplin ilmu yang satu ini telah ada sejak muda,
kepakaran dan kejeniusan Ar Razi pada bidang kedokteran jauh melampaui
dari keahliannya di masa tua. Hal inilah yang menempatkan dirinya pada
deretan ilmuwan Muslim yang sangat disegani dan dihormati dunia Barat.
DikotaBaghdad ini, Ar Razi berguru pada Humayun Ibnu Ishaq, seorang
ulama yang menguasai ilmu pengobatan dengan baik. Dari guru yang telah
lama berpraktik di bidang pengobatan inilah, Ar Razi menguasai dengan
baik dasar-dasar teknik pengobatan. Sekembali dariBaghdad, Ar Razi
memutuskan untuk membaktikan dirinya pada masyarakat, khususnya pada
bidang yang selama ini ia tekuni, kedokteran. Dalam waktu tak lama,
lantaran kepakarannya, ia memperoleh perhatian khusus dari penguasa
setempat. Karena reputasi dan kelebihannya itulah pemerintah kemudian
memutuskan memberi amanat pada dirinya untuk memimpin sebuah rumah sakit
di Teheran. Selain menjadi dokter, tokoh yang dikenal pula dengan
kerendahan hatinya ini tak kurang mengoptimalkan pengabdiannya dengan
mengajar.
Dalam perjalanan karirnya ini pula, tokoh yang di Barat dikenal dengan
nama Rhazes ini harus meninggalkan pengabdiannya dikota kelahirannya
untuk memenuhi penggilan penguasaBaghdad. Dikota ini, penguasa setempat
mempercayai Ar Razi sebagai kepala rumah sakit dikota yang juga dikenal
dengan sebutan “Kota Seribu Satu Malam” ini. Dengan demikian, selain
memberikan teori-teorinya, Ar Razi juga langsung mempraktikkan ilmunya
dalam perawatan pasien di berbagai rumah sakit di Teheran danBaghdad.
Selama menekuni dunia pengobatan, Ar Razi dikenal kedokteran modern,
khususnya di dunia Barat. Selama 35 tahun ia berpraktik pada disiplin
ilmu tersebut, Ar Razi tak hanya berkeliling dari satu tempat ke tempat
lain di Baghdad maupun di Rayy, Teheran. Tapi sekaligus juga
daerah-daerah di luar keduakota itu tak kurang ia kunjungi untuk
pengabdian pada masyarakat setempat.
Di tengah-tengah keseriusan dan makin meningkatnya penguasaan ilmu
kedokteran, Ar Razi yang makin tua usia terserang penyakit katarak
hingga membuat matanya buta. Penglihatannya praktis tak berfungsi.
Ketika ia dianjurkan untuk berbekam, konon Ar Razi menjawab, “Tidak, aku
sudah demikian lama melihat seluruh dunia ini sehingga aku pun lelah
karenanya.” Pengabdian dan kejeniusan Ar Razi ini diakui Barat. Banyak
ilmuwan Barat menyebutnya sebagai pioner terbesar dunia Islam di bidang
kedokteran. “Razhes merupakan tabib (dokter) terbesar dunia Islam, dan
satu yang terbesar sepanjang sejarah,” jelas Max Mayerhof. Sementara
sejarawan Barat terkenal, George Sarton mengomentari Ar Razi dengan
cerdas sekali. Katanya, “Ar Razi dariPersia itu tidak hanya tabib
terbesar dunia Islam dan Abad Pertengahan. Ia juga kimiawan dan
fisikawan. Ia bisa dinyatakan sebagai salah seorang perintis latrokimia
zaman Renaisans. Maju di bidang teori, ia memadukan pengetahuannya yang
luas melalui kebijaksanaan Hippokratis.” Maka pada tempatnya bila umat
manusia, Barat khususnya, berutang budi dan mesti berterima kasih pada
sosok ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar